kalimat yang secara fisik mewakili idiom menghina karena memvonis seolah olah kalau tua itu sudah lewat masanya untuk hal hal yg disebutkan sebelum kalimat ini meluncur
sudut pandang yang bakalan ditertawakan oleh masyarakat manocad karena sesungguhnya tidak lah seperti itu maksudnya
istilah itu hanyalah sebuah kata yang lebih sering dipakai kepada keluarga, teman sahabat untuk mengutarakan candaan yg lebih menonjolkan ke lebih dewasaan orang yg di labeli. atau di tags bahasa prokem bloggernya. hahaha
jikapun istilah itu dipakai kepada seseorang yg tidak mengenal individu yg mengucapkannya, maka yg dilabeli itupun tidak benar benar dibenci atau tidak disukai. kepada yg benar benar dibenci dan tidak disukai orang manocad tidak akan segan segan menaikkan level istilah ke istilah istilah berbasis 2 atau 3 suku kata yang sangat terkenal.
semisal pemai , cuki, puki, pendo dan lain lain. jarang yg memakai istilah diatas karena jikapun ingin diberikan kepada yg terbenci dan yg tertidaksuka akan terasa masih halus.
tapi, tetap saja sama seperti yang ada di budaya lain (mostly), istilah istilah kasar itupun tidak serta merta hanya dipakai kepada yg dibenci. kepada yg dekat pun masih dipakai. hanya saja dengan mimik senyum. malah yg lebih ekstrem lagi, coba survey se dalam dalamnya dalam keseharian, jika ada atasan yg memaki maki anak buahnya dgn kata kata itu maka yg lebih muda alias anak buah pasti akan menerima dan tidak tersinggung. hanya manyut manyut seraya berkata dalam hati "jang kore pa dia, kore mo dapa kwa sandiri." eh, tentu saja sepanjang istilah istilah 2 sampai 3 suku kata itu tidak di ikuti bahasa bahasa normal seperti "dasar anak ***", "memang otak *****", dll dll.
nah ini, yg kasar belum tentu kasar. yang halus belum tentu halus
hehehe, coba coba jo!
anyway busway,
hari ini adalah pertambahan nilai dari satuan umur buat penulis
makin nambah umur makin tahu begonya akan apa yg selama ini di sok tahu kan
makin kesini makin tahu bahwa hidup adalah hidup, bukan hidup adalah hidup after hidup
apapun yg didapat harus dijalanin.
filosofi setiap cobaan adalah sebuah ujian akhir semester untuk ijasah di Buku Kehidupan selalu menjadi hakikat. dengan demikian kelahiran kehidupan dan kematian hanyalah jalan menuju satu keputusan mandiri yg diberikan kepada manusia dan penulis khususnya.
apakah dengan demikian hidup menjadi semu? nope! hidup adalah kesempatan bagi manusia untuk menjadi segambar dan serupa dengan Pencipta. bersyukurkah kita akan hal itu ? jawab saja sendiri. sudah terlalu lama kita mengira sebagai objek yg diciptakan hanya menurut gambar dan rupa Pencipta. dari kesempatan itu kita akan memperoleh hadiah menjadi persis sama dengan dengan Pencipta. hah? sama? yep! kenapa sama? karena pada akhirnya reward itu akan berbentuk duduk, makan, ngobrol bareng dengan Dia.
Nah buat yg ingin tahu apakah demokrasi hanya mulai dari sejarah romawi tentu saja salah. Karena pesan demokrasi sudah di ejawantahkan dalam bentuk reward bagi kehidupan yang sesuai dengan Pencipta.Apanya yg kurang lagi? Adakah yg beranggapan, belum tentu sama persis pada saatnya nanti. Karena sudah barang tentu Pencipta pasti lebih pintar dari kita. Dst... dst... jawaban lainnya. Jawaban penulis:
Ya iyalahhhh! La wong di dunia aja kita duduk makan ngobrol bareng tetap belum tentu yg satu melebihi yang lainnya. Tapi coba tanya sama komunitas itu, berbedakah mereka dalam duduk makan dan ngopi? Apakah mereka yg satu manusia dan yg lain tidak? Hehehe... dont ask others. Hadiahi diri anda dengan menjawab hasilnya sendiri!
hmmmm, untuk diri sendiri selamat ulang tahun yah dan
akhir katanya:
"so tua ngana sayang"