Thursday, July 16, 2009

Yang baik, benar dan nyata

Saya meminta kesehatan sehingga saya boleh mengerjakan sesuatu yang
lebih besar; Namun saya diberi kelemahan sehingga saya boleh mengerjakan sesuatu lebih baik.

Saya meminta kekuatan sehingga saya boleh sukses;
Namun saya dibuat lemah sehingga saya boleh belajar taat;

Saya meminta kekayaan sehingga saya boleh berbahagia;
Namun saya diberi kemiskinan sehingga saya boleh bijaksana;

Saya meminta kekuasaan dan pujian manusia;
Namun saya diberi kelemahan untuk mengetahui kebutuhan saya
akan Tuhan;

Saya meminta segala sesuatu sehingga saya dapat hidup senang;
Namun saya diberi hidup sehingga saya boleh menikmati segala
sesuatu.

Saya tidak mendapatkan apa yang saya minta, tetapi apa yang saya
harapkan;
Namun bagi saya sendiri, doa saya telah di jawab—

Saya orang yang paling kaya dan diberkati di antara orang lain.

Ya, Tuhan selalu memberi yang terbaik untuk kita.

Kebahagiaan

Terlampau sering kebahagiaan itu dikonotasikan dengan keberadaan diri atau kelompok pada posisi dimana semua kebutuhan sudah bisa terpenuhi. Sadar atau tidak sadar, inilah kenyataan yang ada di hari hari ini.

Salah? Well, tentu tidak.
Masak bisa bahagia kalau uang gak ada? Masak bisa bahagia kalau anak gak bisa sekolah? Mana bisa bahagia kalau orang disekitar sibuk pake blackberry, iphone atau smartphone canggih sementara punya gua cuman hape jaman dudul? Yah kalau bisa sama juga dong... Iya kan? Itu baru bisa bahagia. Eh, tentu saja kalau kepentingan anak sudah terpenuhi. Sekolahnya di tempat yg punya staff pengajar yang bagus dan kalau bisa datang dari overseas.

Untuk mencapai semua itu butuh biaya. Dan untuk mendapatkan biaya maka perlu kerja. Dan biar bisa kerja maka perlu pengganti peran yang bisa ngurus anak saat orangtua bekerja. Kalau bisa yang bagus. Agak mahal pun gak apa apa. Lagian orang tua kerja juga untuk anak juga kan? Ok deh.

Nah, kalau kerjaan yg sedang sedang aja tentu gak bisa mengharapkan banyak. Perlu kerja yg bagus dan kalau bisa mentereng lah. Biar bisa memberi harapan yg bagus di masa depan. Dan kalau bisa suami dan istri bekerja biar kebih banyak. Biar masa depan bisa bahagia. Ok?

Lalu kalau begitu, bahagia itu ada dimana? Orang tua keluar pagi pulang malam. Dari matahari terbit sampe terbenam anak anak hanya mengenal pengasuhnya di rumah. Suami dan istri pulang rumah sudah terlampau capek untuk memiliki quality time yang pernah membarakan hidup pada awal kebersamaan mereka. Kesemuanya itu untuk mencapai kebahagiaan.

Hmm...
Menyedihkan...

Kebahagiaan pada akhirnya hanya menjadi satu tujuan yg terlampau mahal dan terkadang hanya bisa diraih dalam mimpi.
Siapa yang bisa mengetahui kehendakNya?
Senadainya worst case scenario terjadi? Maka yg tertinggalpun hanya bisa menangisi kehilangan dgn kata kata "kita sudah berencana..... " tapi modal itupun hanya habis untuk menutupi kepedihan.
Dan pada akhirnya kebahagiaan itu raib.

Lalu...
Apakah kebahagiaan itu gak ada? Well, tentu ada! Inilah rahasianya...
Kebahagiaan itu ada disaat ini. At present! Kebersamaan dalam mengarungi hidup dengan segala "kekurangan" yang dimiliki saat ini menawarkan kebahagiaan yg bisa kita raih. Eh?? Kok pake kata "bisa" ? Yep! Karena sejatinya kebahagiaan itu ada di dalam setiap keputusan kita. Orang yang mau susah untuk memiliki kebersamaan akan memiliki kebahagiaan itu. Yang mau meninggalkan segala pemikiran kebutuhan ini itu akan mendapatkan segalanya. Eh? Ngaco? Tentu tidak!

Prinsipnya begini,
Proses mencari pemenuhan kebutuhan akan terasa lebih berpotensi lebih besar menuju kesuksesan jika kita bisa menempatkan posisi kita setengah level dibawah pendapatan kita. Artinya?

Artinya kita tidak perlu hidup mengikuti kebutuhan kita. Tapi hidup dari kebersamaan kita. Dari kebersamaan itu maka hasil yg dicapai akan maksimal. Yep its true! Sudah banyak contoh sukses dari orang orang terkenal dgn kisah hidupnya dibawah garis kebutuhan standard di awal awalnya.
Mengapa demikian? Jawabannya hanya merupakan pilihan dari dua kasus berikut:

Ada orang yang tergerak untuk bersih bersih rumah saat ia sedang sendiri.

Dan, ada orang tergerak untuk membersihkan rumah bersama anggota keluarga lengkap.

Ada dimanakah anda?
Kalau anda ada pada kasus ke dua, maka selamat! Anda adalah orang yg membaca tulisan ini sedari awal secara iseng saja dan tidak terlalu memperhatikan tulisan ini.

Sedangkan jika anda termasuk dalam kasus pertama, maka saya kira kebahagiaan anda hanya bisa tercapai jika anda hidup sendiri saja. Dan besar keyakinan saya bahwa judul tulisan ini yg membuat anda tekun membaca tulisan ini sampai sekarang. Pertanyaan terakhirnya: lalu apakah anda tidak bisa mencapai kebahagiaan sejati itu? Jawabannya adalah tidak mungkin! Tidak mungkin jika anda masih keras kepala, masih otoriter, masih memakai kata "aku", masih susah diajarin sama orang dekat daripada orang asing, masih berkata tulisan ini gak bener dan gak bermutu. Just like me!

Halahhh...

Saat paling menyenangkan adalah saat sedang membersihkan rumah sambil bersiul siul daripada duduk bengong diam saat rumah sudah bersih!

Peace....